Bencana lagi
Masih kental diingatan, bencana gempa bumi dan tsunami
Flores 12 Desember 1992 lalu.
Kerusakan yang belum sepenuhnya selesai dibenahi.
Berikutnya, Gunung Semeru memuntahkan
material panas ke kawasan Lumajang Timur. Bencana itu
mendatangkan keruguan ratusan juta
rupiah, menewaskan beberapa penduduk, serta seorang
wartawan. Berikutnya, gempa bumi di
Liwa Lampung Barat, Rabu 16 Februari pukul 00.07,35 WIB.
Gempa selama lima menit dengan
kekuatan 6,5 Skala Richter itu, telah menghancurkan 80%
bangunan yang ada bernilai puluhan
milyar rupiah. Serta lebih 200 penduduk tewas, dan 1000
penduduk luka berat dan luka ringan.
Terakhir, Jum’at 3 Juni 1994 pukul 02.00 WIB
dinihari,gelombang pasang menggulung di
sepanjang pantai Jawa Selatan, mulai Pacitan di bagian barat, sampai Banyuwangi.
Sedikitnya
telah ditemukan 300 orang meninggal, tercatat jumlah
terbanyak tercatat di Banyuwangi mencapai
125 orang. Konon tsunami tersebut akibat langsung dari gempa
yang terjadi pukul 01.17 WIB hari
itu juga. Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)
Jakarta, gempa berkekuatan 5,9 skala
Richter. Pusat gempa pada 10.00 derajat lintang selatan dan
112,27 bujur timur,225 km dari pantai
Malang Selatan pada kedalaman 33 km. Sebelah selatan ke
utara, Lempeng Eurasia di sebelah
utara –barat ke selatan –timur, lempeng Filipina disebelah
utara bergerak ke barat, serta Lempeng
Pasifik di sebelah timur,bergerak barat. Dan masing-masing
lempeng itu bergerak dengan
kecepatan 8 cm / tahun sampai 12 cm / tahun, dengan hubungan
antar lempeng yang saling
menunjam dan berpapasan. Kondisi ini yang menjadikan
munculnya jajaran gunung api sepanjang
pantai selatan pulau Sumatera, Jawa, dan Kepulauan Banda,
serta munculnya pusat-pusat gempa
patahan-patahan.
Gempa
Gempa bumi adalah gejala alam,berupa sentakan alamiah yang
terjadi di bumi, yang bersumber di
dalam bumi dan merambat ke permukaan. Gempa adalah salah
satu bencana alam yang dapat
diramalkan. Ada tiga kelompok pembagian gempa bumi yang lazim kita kenal. Pertama gempa
tektonik, yaitu yang berkaitan erat dengan pembentukan
patahan (fault), sebagai akibat langsung
dari tumbukan antar lempeng pembentuk kulit bumi. Gempa ini
merupakan gempa yang umumnya
berkekuatan lebih dari 5 skala Richter. Gempa vulkanik, yaitu gempa berkaitan dengan
aktivitas
gunung api. Gempa ini merupakan gempa mikro sampai menengah,
gempa ini umumnya
berkekuatan kurang dari 4 skala Richter. Ketiga, terban yang
muncul akibat longsoran / terban dan
merupakan gempa kecil. Kekuatan gempa mungkin sangat kecil
sehingga yang muncul tidak
terasa, berupa tremor dan hanya terdeteksi oleh seismograf.
Patahan-patahan besar juga merupakan penyebab gempa yang
dahsyat. Misalnya patahan
Semangko yang membujur membelah pulau Sumatera, patahan Palu-Koro
di Sulawesi, patahan
berarah Laut- Barat Daya dan Barat Laut – Tenggara yang
merajam Jawa dan juga patahan
Sorong di Kepala Burung Irian. Patahan-patahan tersebut
merupakan zona lemah yang mudah
oleh gempa tektonik. Pusat gempa itu sendiri begitu banyak dan mengerombol. Menyebabkan
Indonesia ini banyak memiliki potensi bencana gempa. Antara
lain Aceh, Padang, Bengkulu,
Sukabumi, Wonosobo, Maluku dan Irian Jaya. 2
Tsunami
Tsunami (gelombang pasang) umumnya menerjang pantai landai. Asal-usul kejadiannya dapat
dihubungkan dengan adanya tektonik (selanjutnya disebut
gempa) dan letusan gunung api.
Tsunami yang berhubungan dengan gempa dan letusan gunung api
merupakan bencana alam lain
yang kedatangannya tidak dapat diramal.
Gempa-gempa dalam, umumnya tidak berpotensi langsung
terhadap terjadinya tsunami. Contoh
actual adalah gempa yang terjadi Sabtu pagi, 4 Juni 1994. Gempa tersebut berpusat di 345 km
sebelah barat daya Denpasar, dan memiliki getaran sampai 6
skala Richter. Walaupun getarannya
terasa kuat di Mataram, Lombok dan Denpasar, namun
kenyataannya tidak menimbulkan tsunami,
karena memiliki kedalaman 61 km.
Gempa yang berpengaruh langsung menimbulkan tsunami umumnya
merupakan gempa dangkal,
yang mempunyai kedalaman sumber sekitar 50 km atau kurang. Umumnya, gempa hanya
bertindak sebagai pemicu munculnya terjadinya sobekan
patahan-patahan. Tsunami yang
melanda Maumere Flores 12 Desember 1992 lalu, tidak langsung
berhubungan dengan gempa.
Gempa yang di bawah perairan Flores selatan berfungsi
sebagai pemicu aktifnya patahan-patahan
yang terdapat di pantai utara sehingga membentuk sobekan.
Tsunami sepanjang pantai Jawa Timur ini, mengakibatkan
korban terbanyak di Banyuwangi, jauh
di timur titik gempa. Gelombang pasang paling besar memang
terjadi disekitar itu, maka lebih
dimungkinkan bahwa tsunami merupakan gempa susulan tidak
langsung dari gempa yang terjasi
di bawah Malang Selatan itu. Gempa diduga lebih dulu memicu patahan-patahan anjakan
yang
membujur ke arah timur-barat, di sepanjang dasar perairan
jawa Timur. Sobekan patahan tidak
akan sama besar, dan dibagian sobekan terbesar lebih
memungkinkan memunculkan gelombang
pasang.
Tsunami lain adalah yang berhubungan dengan letusan
gunungapi. Tsunami jenis ini, misalnya
adalah tsunami akibat letusan G. Krakatau tahun 1883, yang
dinyatakan terhebat dalam sejarah,
telah merenggut lebioh dari 35.000 jiwa di kawasan Lampung
dan Jawa Barat.
Gunungapi
Gunung api adalah suatu lubang bumi, yang dari lubang tersebut dapat dikeluarkan ini bumi
berupa padatan panas, cairan panas dan gas panas. Beberapa
tipe letusan gunungapi dapat
diramalkan pemunculannya, karena umumnya memiliki selang
waktu letusan. Bahaya yang
ditimbulkan oleh gunung api dikenal sebagai bahaya primer
dan bahaya sekunder. Bahaya primer
merupakan bahaya yang berkaitan langsung dengan letusan,
Muatan panas berupa padatan,
cairan dan gas tinggi (di atas 500 derajat C) akan
menghanguskan semua saja yang disentuhnya.
Jatuhan langsung batu dan abu volkanik panas G. Galunggung,
juga guguran lava pijar dan awan
panas wedhus gembel yang dikeluarkan oleh G. Merapi
merupakan contoh bahaya primer. Bahaya
sekunder merupakan bahaya yang ditimbulkan secara tidak
langsung. Jika hujan turun, lahar
meluncur dan menutup semua yang dilewatinya. Banjir lahar
gunung Merapi, dan gunung Kelud
merupakan contoh bahaya sekunder.
Bencana gunung api bukan barang baru. Bencana ini dapat
terjadi setiap saat di banyak tempat di
Indonesia, kecuali Irian Jaya, Kalimantan, Timor dan Sumba.
Dari 128 gunung api ada, tercatat 70
pernah melakukan kegiatan, 26 diantaranya termasuk kategori
rajin sehingga diawasi secara terusmenerus. Bahaya gunung api ini mengancam
kawasan lebih kurang 16.620 km. Yang termasuk
kategori rajin antara lain G. Agung, G. Merapi, G Kelud, G.
Semeru, G. Raung, G. Lokon. Sepuluh
tahun terakhir ini, beberapa letusan gunung api memeriahkan
khasanah bencana alam Indonesia.
Mulai G. Galunggung Jawa Barat, G. Colo Sulawesi Tengah,
Ternate, Gunung Kelud Jawa Timur,
G. Merapi, dan terakhir
G. Semeru. Letusan Gunung Krakatau tahun 1883 yang merupakan
letusan monumental yang tercatat dengan baik, menghancurkan
pantai Lampung dan Banten.
Yang lain, aadalah terurugnya wilayah kerajaan Mataram Hindu
oleh letusan Gunung Merapi tahun
1006 sehingga pemerintah wangsa Syailendra ketika itu,
hijrah ke Jawa Timur membuat negara
baru.
Banjir
Meningkatnya banjir yang melanda beberapa daerah di wilayah
Indonesia, khususnya Pulau Jawa,
sering dikaitkan dengan pembabatan hutan di kawasan hulu
dari sistim daerah aliran sungai 3
(DAS). Banjir, sebenarnya merupakan bencana alam paling
dapat diramalkan kedatangannya,
karena berhubungan besar curah hujan. Secara klasik,
walaupun tidak tepat betul, yang dituduh
sebagai biang keladi banjir adalah petani, yang menebang
hutan dibagian hulu DAS. Penebangan
dan pengelolaan hutan yang terbatas, tidak begitu saja dapat
sistim pengaturan air maupun
pembudidayaan hutan menjadi lading, lahan pertanian atau
pemukiman. Apalagi jika disertai
dengan pemadatan tanah dan erosi yang berat. Penebangan
hutan dan pemadatan tanah tidak
memberikan kesempatan air hujan untuk meresap ke tanah.
Sebagian besar menjadi aliran
permukaan dengan pelumpuran. Apalagi didukung oleh sungai
yang semakin dangkal dan
menyempit, bantaran sungai yang penuh dengan penghuni, serta
penyumbatan saluran air.
Padahal, sekali kawasan terkena banjir, berikutnya akan
mudah banjir lagi. Karena pori permukaan
tanah tertutup sehingga air sama sekali tidak dapat meresap.
Banjir umumnya terjadi didataran, hilir dari suatu DAS yang
memiliki pola aliran rapat. Dataran
yang menjadi langganan banjir umumnya memiliki kepadatan
pendudukan tinggi. Secara geologis,
berupa lembah atau bentuk cekungan bumi lainnya dengan
porositas rendah. Umumnya berupa
delta maupun alluvial. Selain pantai utara Jawa, dataran
Bengawan Solo, dataran Sungai Citarum
dan Sungai Bratas, Tinggi Bandung, dataran Sumatera .
0 komentar:
Posting Komentar