Setelah Berkunjung Silahkan Berkomentar

Riko Anwar Saputra


Selasa, 08 Januari 2013

Manajemen rumah makan


1.Analisis Ekonomi
Perhitungan Modal di rumah makan milik Bu Papat di Cianjur, Jawa Barat, berdasarkan Asumsi:
- Lokasi usaha di teras rumah atau garasi rumah
- Peralatan masak menggunakan perabot yang ada di rumah
Modal awal
Etalase Rp 1.000.000,00
4 Meja dan 20 kursi plastik Rp 1.500.000,00
Peralatan makan (piring, gelas, sendok, dll) Rp 750.000,00
Peralatan lain (kotak tisu, botol kecap,dll) Rp 150.000,00 +
Total Rp 3.400.000,00
Penyusutan peralatan setelah pemakaian 2 tahun (24 bulan) :
= 1/24 x Rp 3.400.000,00 = Rp 141.700,00 /bulan
Biaya operasional per bulan
Belanja bahan baku (beras, sayur, lauk, dll)
= @ Rp 150.000,00/ hari x 30 hari Rp 4.500.000,00
Perlengkapan penunjang (tisu, tusuk gigi) Rp 150.000,00
Biaya listrik, air, dan kebersihan Rp 200.000,00
Biaya transportasi @ Rp 5.000,00 x 30 hari Rp 150.000,00
Biaya penyusutan peralatan Rp 141.700,00 +
Total Rp 5.141.700,00
Omset per bulan
Pendapatan per hari :
Rata-rata makanan per porsi Rp 7.000,00, dan minuman Rp 1.500,00/ gelas
Pendapatan makanan :
@ Rp 7.000,00 x 30 porsi = Rp 210.000,00
Pendapatan minuman :
@ Rp 1.500,00 x 50 gelas = Rp 75.000,00 +
Total pendapatan/hari Rp 285.000,00
Pendapatan per bulan
Rp 285.000,00 x 30 hari = Rp 8.550.000,00
Laba bersih per bulan
Rp 8.550.000,00 - Rp 5.141.700,00 = Rp 3.408.300,00

(modal awal : laba bersih per bulan) = ± 1 bulan
3.      Evaluasi

1)        Pasang Target yang Realistis
Kegiatan evaluasi, tidak akan banyak gunanya jika tidak diikuti dengan pembuatan perencanaan untuk periode mendatang. Sama dengan evaluasi, kegiatan inipun sebaiknya melibatkan Sumber daya atau karyawan operasional yang ada. Sebagai pemilik rumah makan tentu ingin memasang target setinggi-tingginya. Sementara karyawan cenderung sebaliknya (kalau mereka berani berkata jujur, dan tidak bersikap Asal Bapak Senang). Sementara kombinasi dan perpaduan target perencanaan pemilik rumah makan  dan karyawan, bisa melahirkan target yang lebih realistis, karena percuma saja pemilik rumah makan memaksakan target tinggi, jika tidak didukung oleh karyawan. Kecuali jika mereka diajak bicara dan dapat memahami alasan penetapan target itu. Lebih bagus lagi, kalau mereka juga bisa diyakinkan, bahwa pencapaian target akan mereka nikmati juga nantinya, misalnya, dengan kenaikan gaji atau insentif dan bonus.
2) Gunakan Pandangan Pihak Lain
Agar dapat membuat target bisnis dapat lebih menantang dan sekaligus realistis juga diperlukan pandangan pihak lain ( Second Opinion ), yang bisa memberikan penilaian dan pandangan “dari luar”. Jika memungkinkan, undanglah orang luar yang anda nilai cukup berkompeten, dan mengetahui peta bisnis yang anda geluti. Bisa juga anda dapatkan dari konsumen yang loyal, untuk memberikan penilaian dengan menanyakan dan menyampaikan harapan-harapannya.
3) Jangan andalkan keberuntungan
                        Perencanaan bisnis yang disusun secara cermat, niscaya akan lebih menjamin usaha rumah makan mengalami perkembangan yang signifikan dan secara berkelanjutan. Jangan mengandalkan faktor keberuntungan. Benar, dimanapun dan kapanpun keberuntungan bisa saja muncul. Tapi tidak ada kepastian. Pengusaha yang selalu mengandalkan keberuntungan biasanya mudah tergoda untuk beralih pada bidang atau produk lain.
4) Evaluasi Setiap Hari
Bisnis masa kini menghadapi iklim persaingan usaha yang cepat berubah dan cukup ketat. Begitupun dengan perencanaan. Penyusunan rencana yang ditetapkan dalam setahun, cukup dijadikan panduan secara garis besar saja.
Lakukan evaluasi setiap hari. Rutin melakukan evaluasi setiap malam hari, karena malam hari biasanya kondisi pikiran sudah tenang, sehingga bisa berfikir lebih objektif. Selain evaluasi, sekaligus membuat perencanaan untuk produksi esok harinya, dengan mempertimbangkan permintaan pasar.
Dari kegiatan evaluasi, bisa memantau perkembangan usaha dan membuat langkah tepat yang diperlukan. Misalnya, soal efisiensi perlu tidaknya menambah alat baru, dan sebagainya.
Banyak juga pengusaha yang melakukan evaluasi setiap minggu, atau setiap bulan. Boleh-boleh saja. Soal frekuensi evaluasi, sangat tergantung pada jenis produknya, dengan melihat perkembangan dan peta persaingga pasar yang ada. Kegiatan evaluasi diluar yang tahunan juga bermanfaat untuk melakukan perubahan-perubahan targt secara cepat. Bisa dengan dengan menurunkan, atau lebih meninggikan. Tergantung perkembangan situasi bisnis terakhir saat itu.

0 komentar:

Posting Komentar