Setelah Berkunjung Silahkan Berkomentar

Riko Anwar Saputra


Rabu, 09 Januari 2013

peroganisasian pendekatan system




         Sebagai profesi yang muda tetapi terus berkembang, pekerjaan sosial telah mengembangkan model alternatif praktek untuk meningkatkan efektivitas para praktisi. Sejumlah pendapat telah dikemukakan dalam rangka mencari metode dan prosedur baru yang muncul dari ketidakpuasan yang dirasakan oleh para pekerja sosial tentang imej dan keahlian mereka. Pencarian untuk mencari model yang efektif juga meliputi ketidakpuasan yang muncul dari sejumlah praktisi psikososial yang kecewa terhadap kemampuan aplikatif psikologi Freudian.
Sebagaimana pelaksanaannya, analisis sistem pada pokoknya adalah suatu teknik untuk menganalisis tahapan permasalahan secara menyeluruh dan lengkap. Seperti halnya, suatu teknik organisasional dan penyidikan, dan karenanya secara potensial menyediakan suatu metode praktek bagi seluruh pekerja sosial untuk memakainya, sepantasnyalah dilakukan penelitian lanjutan. Sistem analisis ini bukan berarti akan menyelesaikan seluruh atau sebagian besar permasalahan profesi, tetapi akan membantu dalam perencanaan dan pengorganisasian suatu kasus, dan dengan demikian secara potensial akan memberikan pelayanan yang lebih baik terhadap klien. Selanjutnya ditambahkan, sistem ini secara nyata memberikan suatu model tahap demi tahap mengenai penerapan keterampilan, dan dengan demikian seharusnya meningkatkan imej masyarakat secara positif tentang pekerjaan sosial. Dengan model ini pekerja sosial dapat mendemonstrasikan pemakaian suatu pendekatan pemecahan masalah profesional dengan alasannya : (a) menilai kebutuhan-kebutuhan klien, (b) menentukan tujuan (setting goals), (c) mempertimbangkan secara hati-hati beragam strategi intervensi, (d) memilih dan mengimplementasikan strategi yang layak dan praktis, dan mengevaluasi hasil dari strategi yang diterapkan.
Tulisan ini akan mulai dengan mengahantarkan pembaca kepada pemahaman umum yang melatarbelakangi penggunaan analisis sistem, dan kemudian membicarakan bagaimana analisis sistem dapat digunakan oleh para pekerja sosial dalam prakteknya. Sebuah perbincangan mengenai pendekatan Pincuss and Minahan (1973) juga akan diperlihatkan, juga contoh-contoh kasus yang menggambarkan penggunaan analisis sistem.
II. Pemahaman Sistem Secara Umum
Banyak teori sistem diperoleh dari literatur bisnis-manajemen (Clealand and King, 1972; Wright and Tate, 1973). Upaya-upaya baru tentang efisiensi biaya, teknik manajemen baru, dan era komputer turut membantu perkembangan teori sistem dan analisis sistem kedalam bidang kerja itu sendiri. Banyak bentuk-bentuk bisnis, khususnya bidang konsultasi, sekarang mempekerjakan orang-orang yang menyebut diri mereka ahli analisis sistem. Fungsi mereka adalah melihat hubungan diantara divisi-divisi dalam perusahaan atau organisasi dalam rangka memperoleh mekanisme yang paling efisien bagi komunikasi, manajemen, perencanaan, dan pengembangan. Banyak dari analisis ini saat sekarang terdiri dari pembuatan pola dan pemakaian program-program komputer berpengalaman dengan menekankan pada prosesing dan analisis data tentang kesaling-keterkaitan. Belakangan aspek tersebut, analisis tentang hubungan, yang menggunakan analisis sistem berguna pula pada bidang kegiatan lain. Bidang profesi pekerjaan sosial. Konsep dasarnya adalah bahwa keterkaitan diantara bagian-bagian dari sistem atau organisasi adalahesensial untuk memahami suatu bentuk atau efentivitas dari sistem. Konsep ini dapat diterapkan dalam pandangan perusahaan, keluarga, organisasi informal, sekelompok orang, atau juga klien perorangan yang perlu berhubungan dengan sejumlah sistem lainnya. Banyak pengalaman para praktisi pekerjaan sosial menyatakan bahwa tidak ada klien yang dapat beraktivitas dalam kekosongan (kesendirian). Sekarang ini bukan waktunya bagi kita untuk mempertanyakan bagaimana kepribadian atau struktur sosial banyak berperpengaruh terhadap perilaku (Parson, 1958), kenyataannya adalah bahwa banyak sistem yang berada dalam setiap kehidupan seseorang, sistem merupakan elemen penting dalam rangka sejumlah analisis treatment atau rencana intervensi. Meski begitu dimungkinkan untuk mengubah beberapa sistem tersebut, sehingga dengan demikian dalam kasus rencana treatment secara perorangan akan lebih praktis, berguna, dan seminimal mungkin mengurangi gangguan dalam kehidupan seseorang.
Sebelum menampilkan model sistem Pincuss dan Minahan (1973), beberapa konsep kunci tentang teori sistem secara umum pertama-tama akan dikemukakan kepada pembaca sebagai sebuah pespektif.
Menurut Hearn (1979. p.335), suatu sistem adalah
a set of objects together with relationship between the object and between their attributes. There are conceptuals systems —the mathematical type; there are real systems, the kinds of living ang nonliving systems that can be observed; and there are abtracted systems, classes of bevavior and relationships that can be inferred about real systems.
Kunci umum konsep teori sistem adalah wholeness, relationship, dan homeostasis. Konsepwholeness berarti bahwa objek-objek atau elemen-elemen yang terdapar di dalamnya adalah suatu penghasil sistem yang lebih besar daripada penjumlahan dari bagian-bagian yang terpisah. Teori sistem adalah antireduksi yang menunjukkan bahwa tidak ada suatu sistem yang benar-benar dapat dipahami atau secara sekaligus keseluruhan menjelaskan secara rinci kedalam masing-masing bagian komponen. (Sebagai contoh, sistem syaraf pusat tidak dapat diamati proses berfikirnya jika hanya hanya satu bagian saja yang diamati).
Konsep relationship menunjuk pada pola-pola dan struktur diantara masing-masing bagian dalam suatu sistem adalah sepenting elemen itu sendiri. Sebagai contoh, Master dan Jojoson (1970) menemukan terdapatnya kesalahan yang menyebabkan disfungsionalitas seks pada sifat hubungan suami istri daripada permasalahan psikologis pasangan tersebut dalam sistem perkawinan.
Teori sistem menentang penjelasan sebab dan akibat sederhana. Sebagai contoh, bahwa seorang anak yang dianiaya dalam sebuah keluarga akan ditentukan oleh beragam variabel dan variabel terpolakan, seperti halnya kemampuan orangtua mengontrol kemarahannya, hubungan antara anak dengan orang tuanya, tingkat tekanan psikologis, karakteristik anak, dan kemungkinan cara -cara yang dapat diterima secara sosial untuk melepaskan rasa amarah.
Konsep homeostasis menyatakan bahwa sebagian besar sistem kehidupan adalah mencari suatu keseimbangan untuk memelihara dan mempertahankan sistem. Jackson (1965), sebagai contoh, memeberi catatan bahwa keluarga-keluarga cenderung memantapkan keseimbangan atau stabilitas perilaku dan mempertahankan berbagai perubahan yang mengganggu stabilitas keluarga tersebut. Jika seseorang mengalami penganiayaan dalam suatu keluarga, yang selanjutnya sebagai fungsi pelayanan keluarga jika anak tersebut dialihkan, anak kedua akan memperoleh penganiayaan yang sama. Atau, jika salah seorang anggota keluarga berupaya memperoleh bantuan. konseling, upaya tersebut umumnya akan berusaha menyeimbangkan situasi keluarga, dan anggota keluarga lainnya akan berupaya mengikuti penyesuaian perubahan (mungkin adaptif atau maladaptif) dengan perilaku yang baru diantara sesara anggota keluarga.
Untuk memahami bagaimana penggunaan teori sistem dan analisis sistem, dapat dilakukan dengan suatu model. Salah satunya adalah model yang dikembangkan oleh Pincuss and Minahan(1973), dan merupakan model sistem yang telah terkenal dalam lite

0 komentar:

Posting Komentar